Keputusan Mahmakah Konstitusi (MK) terkait Pilwali kota Surabaya yang menetapkan pencoblosan ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan serta penghitungan ulang di kecamatan lainnya, membuat semua tim pemenangan dari kedua kandidat (Ridho dan Cacak) yang akan mengikuti kontes menuju Surabaya satu pada tanggal 1 Agustus 2010 nanti, harus menyusun strategi yang paling ampuh untuk menggait pemilih sebanyak-banyaknya. Berbagai pendekatan terus dilakukan, dari terjun ketempat-tempat strategis seperti pasar hingga turun mengikuti pengajian.
Pada kondisi seperti itu, karena hanya 5 kecamatan dan 2 kelurahan yang diharuskan melakukan coblos ulang, apapun akan dilakukan oleh kedua belah pihak untuk meraih sukses dan memimpin surabaya untuk lima tahun kedepan. Walaupun hingga saat ini masih belum ada berita tentang pelanggaran yang dilakukan masing-masing tim, tetapi tidak menutup kemungkinan praktik yang akan membuat buramnya demokrasi seperti money politic, manipulasi data dan lain sebagainya akan muncul pada hari-hari atau bahkan detik-detik sebelum pelaksanaan pemilihan ulang. Karena biasanya pada saat itulah, masing-masing kandidat mulai mengetahui rengrengan jumlah pemilihnya. Kalau dalam rengrengan itu masih menunjukkan kekalahan bagi kandidatnya, tentunya para tim pemenangang dan tim suksesnya tidak akan tinggal diam, mereka akan terus berupaya menghalau pemilih untuk mengikuti dan mencoblos kandidat yang diusungnya dengan cara apapun.
Mereka akan menerobos rintangan hukum yang menghambatnya untuk meraih sukses calon jagoaannya. Bukannya mereka tidak tahu hukum sehingga melakukan tindakan yang melanggar aturan yang telah digariskan dalam kitab undang-undang, tetapi mereka tidak menggubris dan berpura-pura lupa pada undang-undang No. 3 Pasal 73 ayat 3 tahun 1999 tentang pelarang penyuapan yang akan dikenai sanksi tiga tahun penjara. Bahkan bagi tim pemenangan dan tim sukses yang beragama islam akan menginjak-injak Hadist Nabi Muhammad yang melarang tindak penyuapan yang artinya “Allah akan melaknat orang yang menyogok dan yang disogok”. Karena yang ada dipikiran mereka adalah kemenangan dan kemenangan.
Keangkuhan mereka akan muncul ketika dirinya dan kandidatnya menemui gejala kekalahan. Dan money politic sering digunakan karena alat politik yang paling ampuh untuk pesta demokrasi akhir-akhir ini, utamanya pada daerah yang akan melakukan pemilihan putaran kedua atau daerah yang akan melakukan coblos ulang adalah uang. Karena dengan adanya pemberian itu, baik berupa uang, sembako dan lain sebagainya, pemilih secara langsung dapat menikmati manisnya pesta demokrasi. Bagi pemilih sering terbesit dalam pikirannya bahwa siapapun pemimpinnya tidaklah berdampak apa-apa baginya. Dengan pemikiran seperti itulah, praktik money politic mudah dilakukan.
Tetapi bagi para pemilih tidak usah meresahkan kemungkinan tindakan penyimpang seperti diatas, karena semua kemungkinan upaya bejat mereka itu tidak akan membuahkan hasil, sejauh semua pemilih pada daerah pencoblosan ulang menyadari akan pahit getirnya dari suap-menyuap yang hanya akan membuahkan kehancuran bagi kota pahlawan ini. Mereka akan menangis ketika semua pemilih mempunyai kesadaran total untuk menyongsong masa depan Surabaya yang gemilang. Karena ketika watak pemilih mulai benci akan praktik yang melanggar hukum negera dan hukum tuhan, gempuran, terjangan dan rayuan sebesar apapun akan dilewati begitu saja.
Masih ingatkah kita pada pesan-pesan Bang Napi di RCTI yang setiap hari mengingatkan kita untuk selalu waspada. Kejadian penculikan dan perampokan begitu juga dengan suap-menyuap tidak akan menimpa kita jika terus waspada. Karena kejadian seperti itu terjadi bukan hanya karena niat pelakunya tetapi juga karena adanya kesempatan.
Masa depan surabaya untuk lima tahun kedepan terletak pada tangan pemilih di daerah coblosan ulang. Kalau para pemilih ceroboh dan tidak menggunakan akal sehatnya dalam mencoblos nanti, tunggulah kehancuran kota surabaya ini. Dan sebagai tanggung jawab moral, mereka harus bertanggung jawab bagi masa depan kota ini. Jangan mudah terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab karena kalau para pemilih ulang mengamini bujuk rayu oknum yang tidak waras itu, berarti telah mengelabuhi masyarakat surabaya secara umum.
Bagi warga kota surabaya yang tidak akan melaksanakan pemilihan ulang, bukannya tidak ada beban yang harus diembannya. Kita juga harus bertanggung jawab atas kesucian coblos ulang itu dengan terus-menerus mengingatkan dan menasehati saudara-saudara kita yang akan melaksanakan pencoblosan ulang agar tidak mau menerima suap. Bagi kita yang mempunyai keluarga didaerah itu, mari bersilaturahmi kesana dan mengingatkannya lagi bahwa masa depan kota ini ada ditangan mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Afiliados
Label 3
Footer Widget 1
Footer Widget 3
Trending Template
Pages
Popular Template
Recent Post
Blogger Themes
Label 6
Comments
Label 5
Label 4
Label 1
hh
Label 2
Laman
Footer Widget 2
TERJEMAH
Search
Blog Archive
-
▼
2012
(11)
-
▼
Juni
(10)
- Negara Islam dan Demokrasi: Berbeda Tapi Sama
- Alangkah Lucunya Pendidikan di Negeri Ini
- Menanam Pluralisme Agama Menuai Kesejahteraan
- Mewaspadai Money Politic
- Televisi dan Masa Depan Anak
- Kemerdekaan Seterusnya
- Kebijakan yang Tak Pernah Bijak; Sekolah Bertaraf ...
- Jalan Muhammad Jadi Nabi
- Haji dan Keajaiban Tuhan
- Menyikapi Peperangan Identitas
-
▼
Juni
(10)
Mengenai Saya
- Dapur Ilmiah
- Sumenep, Jawa Timur, Indonesia
- Dapur Ilmiah (DI) merupakan blog yang secara konsisten menayangkan berbagai penelitian ilmiah. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Salam DI.
Arsip Blog
-
▼
2012
(11)
-
▼
Juni
(10)
- Negara Islam dan Demokrasi: Berbeda Tapi Sama
- Alangkah Lucunya Pendidikan di Negeri Ini
- Menanam Pluralisme Agama Menuai Kesejahteraan
- Mewaspadai Money Politic
- Televisi dan Masa Depan Anak
- Kemerdekaan Seterusnya
- Kebijakan yang Tak Pernah Bijak; Sekolah Bertaraf ...
- Jalan Muhammad Jadi Nabi
- Haji dan Keajaiban Tuhan
- Menyikapi Peperangan Identitas
-
▼
Juni
(10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar