Sabtu, 16 Juni 2012
Jalan Muhammad Jadi Nabi
Nabi Muhammad merupakan pamungkas dari para nabi yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi ini. Walau nabi muhammad SAW terutus paling akhir, tapi sebenarnya nur Muhammad ada sebelum nabi adam. Ini terbukti ketika nabi adam diusir dari surga karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah Khuldi. Ketika keluar dari pintu surga, adam berjalan mundur sesampai di depan pintu surga, adam melihat tulisan Muhammad. ini menunjukkan bahwa Muhammad merupakan nabinya para Nabi.
Menurut silsilahnya, nabi Muhammad berhubungan langsung dengan jawara tauhid melalui anaknya nabi Ismail AS. Nabi dilahirkan dari rahim yang suci yang terpelihara dari menyekutukan tuhan yakni Siti Aminah pada tanggal 12 rabiul awwal 570 M. pada tahun itu terkenal dengan tahun gajah karena pada waktu ia lahir kedunia ini, Abrahah dengan pasukannya yang menunggangi gajah datang ke makkah untuk menghancurkan ka’bah. Akan tetapi karena pada waktu itu, sang bintang dunia dan penerang dari kegelapan dilahirkan, sebagai bentuk penghormatan kepada kelahirannya, maka Allah menurunkan burung ababil untuk menumpas pasukan bergajah abrahah hinggga akhirnya kabilah tersebut gagal untuk menghancurkan ka’bah.
Ayahnya bernama Abdullah. Ia berprofesi sebagai pedagang. Pada usia 2 bulan Rasul berada didalam kandungan Ibunya, Tiba-tiba ayahnya meninggal dalam perjalanan dagang dan di kuburkan di desa Abwa’. Berita itu disampaikan oleh rombongan pedagang ayahnya nabi Muhammad. Setelah mendengar berita itu, Siti Aminah menangis karena tak tahan menahan sedih.
Suatu malam Siti Aminah bermimpi didatangi oleh seorang perempuan. Perempuan itu berpesan kepada Aminah agar menjaga sebaik-baiknya janin yang ada di rahimnya, karena kelak akan akan menjadi manusia yang paling mulia. Perempuan yang datang dalam mimpinya Aminah sebanyak dua kali itu adalah ibunda Nabi Isa AS. Kemudian Aminah sedih bercampur gembira. Gembira karena anaknya akan menjadi manusia yang paling mulia, dan sedih karena ia takut tidak bisa menjaganya.
Setelah lahir, tak lama Aminah menyusui Nabi, kemudian menyuruh Halimatus Sa’diyah untuk menyusuinya karena pada waktu itu Aminah tidak bisa lagi menyusui. Selama dua tahun nabi disusuinya, walau keberatan akhirnya Nabi dikembalikan ke Aminah.
Pada usia 6 tahun, Nabi diajak ibunya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Kemudian Nabi diasuh oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan pada usianya yang kesembilan tahun, ia kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam. Di negeri inilah tepatnya di kota Bushra, Muhammad di takwil oleh pendeta Yahudi yang bernama Bahira. Ia mengatakan kepada Abu Thalib bahwasanya Muhammad kelak akan menjadi Nabi.
Nabi Muhammad mulai ikut berperang bersama pamannya pada usia 14 tahun dalam peperangan Fijar. Kemudian dari berdagang bersama pamannya sampai ikut perang, kejujuran Muhammad mulai terungkap hingga akhirnya didengar oleh banyak orang yang tak luput juga didengar oleh Khadijah. Kemudian Nabi dimintanya untuk menjajakan dagangannya dengan upah yang banyak. Mulai saat bergabungnya Nabi Muhammad itulah dagangan Khadijah semakin tumbuh pesat dengan keuntungan yang banyak. Oleh karena kejujuran Nabi itulah akhirnya Khadijah terpikat hatinya dan kemudian diminta untuk menjadi suaminya. Pada usia 25 tahun nabi Muhammad menikah dengan Khadijah yang berumur 40 tahun.
Gelar Al-Amin muali disandangnya sejak nabi Muhammad belum diangkat menjadi Rasul. Ia selalu Muhammad selalu menjunkkan kebijaksaannya dalam hidup baik berurusan dengan keluarganya sendiri atau dengan kaum Quraisy. Pada usianya yang ke 35 tahun, Nabi sebagai pelerai kecamuk pertikaian yang terjadi akibat tarik ulur peletakan Hajar Azwad. Pada tahun 608 M. Nabi mendapat irshashat yang menandakan bahwa Muhammad akan diangkat menjadi Rasul. Pada usianya yang ke-40 tahun, irshashat benar-benar terjadi ketika nabi bertahanus di Gua Hira’.
Disanalah ia didatangi oleh malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu yang pertama surat Al-Alaq. Iqra’ kata Jibril, Maa ana biqaari’ (saya tidak bisa membaca) jawab Muhammad. hal itu terulang sebanyak tiga kali. Kemudian nabi gemetar seraya menggigil ketakutan hingga akhirnya pulang ke rumahnya, dan Khadijah kebingungan melihat nabi yang pucat itu. Lama ditunggu wahyu berikutnya oleh nabi namun tak kunjung tiba. Baru setelah mencapai dua tahun enam bulan dari turunnya wahyu yang pertama itu, wahyu yang kedua yakni Surat Al-Muddatstsir turun ketika nabi berjalan. Wahyu ini menyeru Nabi Muhammad agar menyebarkan agama islam secara terang-terangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Afiliados
Label 3
Footer Widget 1
Footer Widget 3
Trending Template
Pages
Popular Template
Recent Post
Blogger Themes
Label 6
Comments
Label 5
Label 4
Label 1
hh
Label 2
Laman
Footer Widget 2
TERJEMAH
Search
Blog Archive
-
▼
2012
(11)
-
▼
Juni
(10)
- Negara Islam dan Demokrasi: Berbeda Tapi Sama
- Alangkah Lucunya Pendidikan di Negeri Ini
- Menanam Pluralisme Agama Menuai Kesejahteraan
- Mewaspadai Money Politic
- Televisi dan Masa Depan Anak
- Kemerdekaan Seterusnya
- Kebijakan yang Tak Pernah Bijak; Sekolah Bertaraf ...
- Jalan Muhammad Jadi Nabi
- Haji dan Keajaiban Tuhan
- Menyikapi Peperangan Identitas
-
▼
Juni
(10)
Mengenai Saya
- Dapur Ilmiah
- Sumenep, Jawa Timur, Indonesia
- Dapur Ilmiah (DI) merupakan blog yang secara konsisten menayangkan berbagai penelitian ilmiah. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Salam DI.
Arsip Blog
-
▼
2012
(11)
-
▼
Juni
(10)
- Negara Islam dan Demokrasi: Berbeda Tapi Sama
- Alangkah Lucunya Pendidikan di Negeri Ini
- Menanam Pluralisme Agama Menuai Kesejahteraan
- Mewaspadai Money Politic
- Televisi dan Masa Depan Anak
- Kemerdekaan Seterusnya
- Kebijakan yang Tak Pernah Bijak; Sekolah Bertaraf ...
- Jalan Muhammad Jadi Nabi
- Haji dan Keajaiban Tuhan
- Menyikapi Peperangan Identitas
-
▼
Juni
(10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar